Senin, 18 Desember 2017

Gereja Ayam

Bagi Anda yang mungkin mau mudik ke daerah Magelang dan Jogjakarta jangan lupa untuk mampir ke lokasi suting film AADC2.

Bukit Rhema

Salah satunya adalah Rumah Doa Bukit Rhema.
Rumah doa ini sering juga disebut sebagai Gereja Ayam oleh penduduk lokal. Letaknya di Dusun Gombong, Desa Kembanglimus, Magelang, Jawa Tengah.
Jaraknya dari Yogyakarta sekitar 45 kilometer. Pemandangan dari ketinggian memikat disaksikan dari tempat ini ketika pagi hari.
Lokasinya tersembunyi cukup jauh, yakni di perbukitan Magelang, Jawa Tengah, namun namanya kini tengah mendunia.
Bangunan yang diprakarsai oleh Daniel Alamsjah dikenal dengan sebutan Gereja Ayam.

Ini karena bentuknya mirip seekor ayam yang tengah duduk di tanah di bagian kepalanya terdapat sebuah mahkota.
Bentuk bangunannya cukup besar, di mana bagian dalamnya terdapat ruang besar dan kamar-kamar.
Hanya saja, Daniel Alamsjah mencoba meluruskan bahwa bangunan itu bukanlah berbentuk ayam, melainkan burung merpati.

Hampir setiap tahun, bangunan ini didatangi wisatawan lokal maupun asing.
Sebagian mengabadikan foto-foto bangunan itu lalu diunggah di media sosial.
Daniel yang asal Jakarta mengungkapkan awal muasal mendirikan bangunan itu. Dalam ceritanya seperti dilansir dailymail.uk, sebelumnya dia mendapat pesan dari Tuhan untuk membangun sebuah rumah ibadah dengan bentuk burung merpati.

mungkin karena saya umat Kristen, banyak orang berfikir saya sedang membangun sebuah gereja. Tapi saya tegaskan itu bukan gereja. Saya membangun sebuah rumah doa tempat bagi orang-orang yang percaya pada Tuhan," kata pria berusia 68 tahun itu.
Seusai memperoleh ilham dari mimpinya, pada tahun 1989, Daniel dalam perjalanan Magelang, di mana keluarga istrinya berasal.
Saat itu dia melihat sebuah pemandangan yang indah di perbukitan. Rupanya, pemandangan itu sama persis dengan yang ada dalam mimpinya.
"Saya berdoa sepanjang malam di sana dan saya mendapat wahyu bahwa saya harus membangun rumah doa di tempat itu," katanya.
Satu tahun kemudian, Daniel membeli lahan dari warga setempat seluas 3.000 meter persegi dengan harga sekitar Rp 2 juta.
Pembayaran dilakukan dengan cara mencicil sampai akhirnya lunas dalam empat tahun.
Hanya saja, bangunan itu tak selesai sempurna karena keterbatasan dana serta pertentangan dari warga sekitar.



Rumah Pengobatan
Saat ini, bangunan itu dalam kondisi tidak terawat.
Dinding-dindingnya tanpa cat terus mengelupas di makan cuaca, juga ulah vandalisme mengotori bangunan yang penuh lumut itu.

Banguan itu sempat menjadi lokasi beribadah warga dari berbagai agama, termasuk Buddha, Islam, dan Kristen, dengan cara mereka sendiri.
Selain itu, bangunan itu juga pernah digunakan sebagai pusat rehabilitasi.
Alamsjah menegaskan rehabilitasi di rumah doa ini adalah untuk terapi bagi anak-anak cacat, pecandu narkoba, orang gila dan pemuda terganggu.
Rumah Doa itu resmi ditutup tahun 2000 karena biaya konstruksi yang terlalu tinggi, tetapi banyak terus mengunjungi situs yang indah di Indonesia.
Wasno, warga Desa Gombong adalah salah satu dari 30 penduduk setempat yang membantu Alamsjah.
Wasno juga ikut merasakan manfaat dari kehadiran bangunan Gereja Ayam itu.
Dia menyediakan lahan rumahnya di kaki bukit untuk parkir pengunjung.
Terkenal melalui media sosial, Gereja Ayam telah menjadi sorotan para traveller, seperti Putri normalità yang mengabadikan bangunan itu dan diunggah lewat media sosial.
"Ada sangat sedikit cerita tentang bangunan, tetapi banyak wisatawan penasaran ingin mengunjunginya, atau bahkan berniat menikah di sana. Boleh jadi karena kandungan cerita misteri yang membuat orang ingin datang melihatnya," kata Putri.
"Ada banyak nama untuk bangunan ini, misalnya: Gereja Chicken, Gereja Bird, Gereja Dove, Pigeon Hill dan banyak nama lainnya," lanjut Putri.

Wisatawan lain menggambarkan bagaimana lima dari delapan pilar memegang bangunan hingga kini runtuh.
Alek Kurniawan mengatakan, "Ini adalah yang paling aneh, ternyata kamar ini bertingkat. Ruang atas digunakan sebagai aula gereja. Sementara di ruang bawah tanah, ada kamar seperti kamar tidur dan kamar mandi."
Kamar itu sulit ditemukan jika tidak pengunjung yang masuk ke dala bangunan tidak membekalinya dengan senter. Beberapa kamar, kata Alek, menjadi sarang kelelawar.
"Ada 15 kamar seperti kamar tidur dan 1 kamar dengan 3 kamar mandi. Ada satu pintu lagi kita tidak masuk. Banyak juga grafiti di dinding, misalnya kata-kata buruk dan gambar wanita telanjang ditemukan," katanya. (Kompas.com/Dailymail.co.uk)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar