Singgasana untuk Arca Buddha Raksasa
Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Indonesia
Candi
Mendut merupakan Candi Buddha yang dibangun oleh Raja Indra dari Wangsa
Syailendra. Relung Candi Mendut menjadi singgasana untuk arca Buddha berukuran
besar.
Beragam
peninggalan yang mencerminkan kejayaan dan kemegahan masa lalu tersebar di
berbagai penjuru nusantara. Salah satu sisa kemegahan masa lalu adalah Candi
Mendut yang terletak sekitar 3 km arah timur dari Candi Borobudur. Prasasti
Kayumwungan yang ditemukan di Karangtengah menyebutkan bahwa Candi Mendut
dibangun oleh Raja Indra dari Dinasti Syailendra. Candi berbentuk persegi empat
dengan atap bertingkat yang dihiasi stupa-stupa kecil ini dibangun lebih dulu
daripada Candi Pawon dan Candi Borobudur yang terletak dalam satu garis lurus.
Berbeda dengan Candi Borobudur yang menghadap ke arah matahari terbit, maka
pintu masuk Candi Mendut menghadap ke arah barat.
Pagi
itu kala kami mengunjungi candi tampak beberapa siswi SMA dan wisatawan asing
sedang menaiki tangga candi. Dari kejauhan Candi Mendut terlihat anggun dan
kokoh berdiri di atas kaki candi setinggi 3,70 m. Sesampainya di pelataran, Kami
berjalan mengitari kaki candi dan menemukan beberapa panel relief yang
mengisahkan tentang burung dan kura-kura, kera dan burung manyar, brahmana dan
kepiting, serta sejumlah fabel lainnya. Sepintas lalu relief itu terlihat
seperti cerita yang ditujukan untuk anak-anak, namun sejatinya relief yang
menggambarkan kisah jataka itu memberikan pesan moral bagi semua orang yang
berkunjung ke Candi Mendut. Naik ke badan candi, Kami menemukan 8 relief Bodhisattva dengan berbagai sikap tangan serta
berukuran jauh lebih besar dibandingkan dengan panel relief di Candi Borobudur.
Saat
melangkahkan kaki memasuki bilik candi, semerbak wangi bunga bercampur dengan
aroma hio tercium dengan dengan jelas. Tiga arca setinggi 3 meter yang disinari
cahaya keemasan menyambut Kami. Arca-arca berukuran besar yang berada di bilik
Candi Mendut itu adalah arca Dyani
Buddha Cakyamuni atau Vairocana, arca Avalokitesvara, dan arca
Bodhisatva Vajrapani. Arca Dyani Buddha Cakyamuni yang berada di tengah
duduk dengan kedua kaki menyiku ke bawah dan sikap tangan memutar roda dharma.
Dipahat dari batu utuh dengan kecermatan tinggi membuat tiga arca itu nampak
anggun dan gagah. Di depan arca Buddha terdapat rangkaian bunga segar, hiolo,
dan hio.
Puas
menikmati keindahan Candi Mendut dan ketiga arca raksasanya, Kami meninggalkan
gerbang candi melewati deretan kios souvenir. Tak jauh dari candi terdapat Buddhist Monastery yang hening dan
terbuka untuk umum. Bunga teratai yang bermekaran di kolam serta sejumlah stupa
yang berjajar menghiasi jalan masuk Buddhist Monastery. Setiap malam mulai
pukul 19.00 - 20.00 WIB, di tempat ini dilakukan ritual chanting atau meditasi
dengan cara mendengarkan alunan musik serta nyanyian. Tak harus beragama
Buddha, siapapun boleh mengikuti ritual chanting. Namun sayang, saat kami
mengunjungi Buddhist Monastery pada malam hari ritual chanting baru saja usai. Kami
pun beranjak pergi meninggalkan Buddhist Monastery dan Candi Mendut yang
berdiri dengan megah di tengah kegelapan.
Baca juga eksotisme Air Terjun Kedung Kayang : http://explormagelang.blogspot.co.id/2017/12/air-terjun-kedung-kayang.html
Baca juga eksotisme Air Terjun Kedung Kayang : http://explormagelang.blogspot.co.id/2017/12/air-terjun-kedung-kayang.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar